Format laporan ilmiah
Ada berbagai macam format penulisan .Namun perbedaan di antara format format yang ada jangan terlalu dipermasalahkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
Pembaca dapat memahami dengan jelas bahwa penelitian telah dilakukan tujuan dan hasilnya.
Langkah – langkah medannya jelas , agar jika pembaca tertarik dapat mengulang kembali.
Pada dasarnya ada dua bentuk sistematika penulisan ilmiah ,Yaitu penulisan proposal penelitian dan laporan hasil penelitian . Pada umumnya sistematika penulisan proposal penelitian danpenulisan laporan penelitian sebagai berikut :
Bagian awal
halaman judul
Halamn persetujuan dan pengesahan (pada laporan penelitian ,sebelum halaman kata pengantar dicantumkan intisari /abstrak)
Halamn kata pengantar atau prakata
Daftar isi
Daftar tabel (jika ada)
Daftar gambar (jika ada)
Daftar lampiran (jika ada)
Bagian Utama
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Rumusan masalah
Tujuan penelitian
Ruang lingkup
Manfaat penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Landasan teori/ tinjauan teoretis
Kerangak teori
Kerangka konsep
Hipotesis atau pertamyaan penelitian (jika ada hipotesis)
BAB III METODE PENELITIAN ATAU CARA PENELITIAN
Jenis penelitian
Populasi sample (untuk penelitian disertai unit penelitian )
Variabel penelitian (untuk penelitian laboratorium / eksperimental, sebelum variabel penelitian dicantumkan bahan dan alat)
Definisi operasioanal variabel atau istilah –istilah lain yang digunakan untuk memberi batasan operasional agar jelas yang dimahsud dalam penelitian itu.
Desain / rancangan penelitian ( tidak harus , kecuali pada penelitian eksperimental)
Lokasi dan waktu penelitian
Teknik pengumplan data.
Instrumen penelitian yang digunakan
Pengolahan dan Analisis data
Khusus laporan penelitian dilanjutkan dengan bab IV -VI berikut ini :
BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI – RINGKASAN
Bagian Akhir
1. Daftar pustaka
2. Lampiran – lampiran;
Instrumen penelitian
Berbagai data sekunder yang diperlukan
Anggaran penelitian
Jadwal penelitian
Jumat, 09 Desember 2011
Cara Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar
Menurut Anton M. Moeliono (dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, 1980), berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.
Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungi :
(1) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas kedaerahan;
(2) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain;
(3) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar; dan
(4) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian erat dengan tiga macam batin penutur bahasa sebagai berikut :
(1) fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu;
(2) fungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap kebangsaan orang karena mampu beragam bahasa itu; dan
(3) fungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan kesadaran orang akan adanya aturan yang baku layak diatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan benar bahasa Indonesia. Norma yang dimaksud adalah “ketentuan” bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan, kalimat, dsb.
Bahasa yang baik dan benar itu memiliki empat fungi :
(1) fungsi pemersatu kebhinnekaan rumpun dalam bahasa dengan mengatasi batas-batas kedaerahan;
(2) fungsi penanda kepribadian yang menyatakan identitas bangsa dalam pergaulan dengan bangsa lain;
(3) fungsi pembawa kewibawaan karena berpendidikan dan yang terpelajar; dan
(4) fungsi sebagai kerangka acuan tentang tepat tidaknya dan betul tidaknya pemakaian bahasa.
Keempat fungsi bahasa yang baik dan benar itu bertalian erat dengan tiga macam batin penutur bahasa sebagai berikut :
(1) fungsinya sebagai pemersatu dan sebagai penanda kepribadian bangsa membangkitkan kesetiaan orang terhadap bahasa itu;
(2) fungsinya pembawa kewibawaan berkaitan dengan sikap kebangsaan orang karena mampu beragam bahasa itu; dan
(3) fungsi sebagai kerangka acuan berhubungan dengan kesadaran orang akan adanya aturan yang baku layak diatuhi agar ia jangan terkena sanksi sosial.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan, berbahasa Indonesia dengan baik dan benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang memenuhi norma baik dan benar bahasa Indonesia. Norma yang dimaksud adalah “ketentuan” bahasa Indonesia, misalnya tata bahasa, ejaan, kalimat, dsb.
cara baca cepat dan tepat :)
1.Sediakan waktu tiap hari minimal 10 menit untuk membaca apa saja dengan penuh perhatian
Membaca lebih cepat diperoleh dari kebiasaan membaca. Untuk itu paksakan diri Anda untuk menyediakan waktu khusus 10 menit tiap hari untuk membaca apa saja dengan satu catatan: penuh perhatian. Hal ini dilakukan untuk melatih koordinasi antara mata, otak dan konsentrasi. Walaupun hanya menghabiskan waktu 10 menit, dengan konsentrasi tinggi Anda bisa menyelesaikan beberapa artikel atau bahkan puluhan halaman buku. Cobalah!
2.Paksakan diri Anda untuk membaca lebih cepat dari biasanya
Terkadang kita sudah merasa nyaman dengan cara baca saat ini. Untuk itu keluarlah dari comfort zone dan paksakan diri Anda untuk membaca lebih cepat dari biasanya. Apakah kemudian Anda menjadi kurang memahami isi bacaan? Tidak mengapa, pada awal memaksakan diri membaca lebih cepat, akan ada pengertian yang hilang karena sedang terjadi penyesuaian. Lama kelamaan, koordinasi mata, otak dan konsentrasi Anda akan semakin baik dan kecepatan tidak lagi mempengaruhi kurangnya pemahaman isi bacaan, malah bisa memperbaikinya.
3.Hindari kebiasaan buruk dalam membaca seperti gerakan bibir atau vokalisasi
Jika Anda membaca posting sebelumnya tentang Hambatan Dalam Membaca Cepat dan Cara Mengatasinya, maka gerakan bibir dan vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun drastis menjadi setara kecepatan bicara. Hindari hal tersebut. Cara mudah untuk mengurangin gerakan bibir dan vokalisasi adalah dengan meletakkan pensil diantara kedua bibir Anda. Jika mulut mulai berbicara, Anda akan merasakan pensil yang jatuh dan ulangi terus sampai kebiasaaan tersebut hilang.
4.Latih kemampuan mengenali ide pokok
Dalam setiap bahan bacaan, selalu ada ide pokok yang menjiwai keseluruhan isi. Ketika Anda membaca, berhenti sejenak dan perhatikan baik-baik judulnya. Coba Anda duga isi tulisan dengan mengandalkan judulnya. Setelah itu mulailah membaca dan kenali ide pokok. Anda akan merasakan kemampuan mengenali poin-poin utama atau ide pokok meningkat. Nantinya Anda bahkan bisa menceritakan kembali tulisan yang Anda baca dengan bahasa Anda sendiri.
5.Jangan pernah mundur kebelakang (regresi)
Seringkali membaca menjadi lambat karena sebentar-sebentar Anda ingin membaca kembali apa yang telah dilewati sebelumnya. Misalkan Anda membaca dua baris pertama dan kemudian mulai membaca baris ketiga. Pada saat itu Anda merasa kurang paham akan isi bacaan mengulang kembali baris pertama dan kedua tadi. Cara ini akan sangat mengganggu kecepatan baca Anda. Paksakan untuk tidak mundur ke belakang dan yakinkan diri kalaupun Anda belum mengerti pasti ada kalimat lanjutannya yang menjelaskan. Kalaupun Anda sangat ingin mundur ke belakang dan mengulang lagi baris-baris sebelumnya, lakukan setelah Anda menyelesaikan bacaan tersebut secara keseluruhan.
6.Cintai kegiatan membaca dan jadikan sebagai kebiasaan
Orang yang hobby membaca secara relatif akan memiliki kecepatan baca jauh lebih baik meskipun tanpa latihan khusus membaca cepat. Mengapa demikian? Dengan rajin membaca, perbendaharaan kosa kata Anda akan semakin kaya. Tidak hanya itu, Anda juga mengetahui lebih banyak hal dan pengetahuan tersebut akan membantu untuk memahami buku atau bahan bacaan yang baru dengan lebih cepat. Dengan rajin membaca Anda juga akan mengenali jenis bacaan yang berbeda dan cara membacanya secara efektif. Misal membaca koran tidak sama dengan membaca novel. Membaca artikel juga berbeda dengan membaca text book yang berat. Semakin terbiasa Anda akan merasakan perbedaannya dan pendekatan yang tepat untuk tiap jenis bahan bacaan.
Membaca lebih cepat diperoleh dari kebiasaan membaca. Untuk itu paksakan diri Anda untuk menyediakan waktu khusus 10 menit tiap hari untuk membaca apa saja dengan satu catatan: penuh perhatian. Hal ini dilakukan untuk melatih koordinasi antara mata, otak dan konsentrasi. Walaupun hanya menghabiskan waktu 10 menit, dengan konsentrasi tinggi Anda bisa menyelesaikan beberapa artikel atau bahkan puluhan halaman buku. Cobalah!
2.Paksakan diri Anda untuk membaca lebih cepat dari biasanya
Terkadang kita sudah merasa nyaman dengan cara baca saat ini. Untuk itu keluarlah dari comfort zone dan paksakan diri Anda untuk membaca lebih cepat dari biasanya. Apakah kemudian Anda menjadi kurang memahami isi bacaan? Tidak mengapa, pada awal memaksakan diri membaca lebih cepat, akan ada pengertian yang hilang karena sedang terjadi penyesuaian. Lama kelamaan, koordinasi mata, otak dan konsentrasi Anda akan semakin baik dan kecepatan tidak lagi mempengaruhi kurangnya pemahaman isi bacaan, malah bisa memperbaikinya.
3.Hindari kebiasaan buruk dalam membaca seperti gerakan bibir atau vokalisasi
Jika Anda membaca posting sebelumnya tentang Hambatan Dalam Membaca Cepat dan Cara Mengatasinya, maka gerakan bibir dan vokalisasi akan menyebabkan kecepatan baca turun drastis menjadi setara kecepatan bicara. Hindari hal tersebut. Cara mudah untuk mengurangin gerakan bibir dan vokalisasi adalah dengan meletakkan pensil diantara kedua bibir Anda. Jika mulut mulai berbicara, Anda akan merasakan pensil yang jatuh dan ulangi terus sampai kebiasaaan tersebut hilang.
4.Latih kemampuan mengenali ide pokok
Dalam setiap bahan bacaan, selalu ada ide pokok yang menjiwai keseluruhan isi. Ketika Anda membaca, berhenti sejenak dan perhatikan baik-baik judulnya. Coba Anda duga isi tulisan dengan mengandalkan judulnya. Setelah itu mulailah membaca dan kenali ide pokok. Anda akan merasakan kemampuan mengenali poin-poin utama atau ide pokok meningkat. Nantinya Anda bahkan bisa menceritakan kembali tulisan yang Anda baca dengan bahasa Anda sendiri.
5.Jangan pernah mundur kebelakang (regresi)
Seringkali membaca menjadi lambat karena sebentar-sebentar Anda ingin membaca kembali apa yang telah dilewati sebelumnya. Misalkan Anda membaca dua baris pertama dan kemudian mulai membaca baris ketiga. Pada saat itu Anda merasa kurang paham akan isi bacaan mengulang kembali baris pertama dan kedua tadi. Cara ini akan sangat mengganggu kecepatan baca Anda. Paksakan untuk tidak mundur ke belakang dan yakinkan diri kalaupun Anda belum mengerti pasti ada kalimat lanjutannya yang menjelaskan. Kalaupun Anda sangat ingin mundur ke belakang dan mengulang lagi baris-baris sebelumnya, lakukan setelah Anda menyelesaikan bacaan tersebut secara keseluruhan.
6.Cintai kegiatan membaca dan jadikan sebagai kebiasaan
Orang yang hobby membaca secara relatif akan memiliki kecepatan baca jauh lebih baik meskipun tanpa latihan khusus membaca cepat. Mengapa demikian? Dengan rajin membaca, perbendaharaan kosa kata Anda akan semakin kaya. Tidak hanya itu, Anda juga mengetahui lebih banyak hal dan pengetahuan tersebut akan membantu untuk memahami buku atau bahan bacaan yang baru dengan lebih cepat. Dengan rajin membaca Anda juga akan mengenali jenis bacaan yang berbeda dan cara membacanya secara efektif. Misal membaca koran tidak sama dengan membaca novel. Membaca artikel juga berbeda dengan membaca text book yang berat. Semakin terbiasa Anda akan merasakan perbedaannya dan pendekatan yang tepat untuk tiap jenis bahan bacaan.
TATATERTIB baca puisi
Untuk menambahkan lebih sempurna lagi bagi pengetahuan seorang deklamator atau deklamatris, maka dibawa ini kita kemukakan beberapa tatatertib berdekmalasi:
F.1 Berdirilah baik-baik di atas pentas yang telah tersedia
F.2 Pakaian harus menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan
F.3 Menghadap kepada penonton, memandang ke sekeliling dengan airmuka yang berseri-seri, lalu memberi salam kepada hadirin dengan hormat, Dengan jalan menganggukkan kepala.
F.4 Bacalah jodol puisi dan sebut nama penulisnya dengan suara yang jelas/tepat dengan nada suara yang wajar
F.5 Berhenti beberapa detik, menyiapkan nafas, lalu mulailah pembacaan deklamasi itu sebaris demi sebaris, bait demi bait.
F.6 Selama pembacaan puisi, perhatian harus tercurah kepada puisi itu sendiri dan jangan tergoda oleh hiruk pikuk suara atau bunyi lain terutama sekali penonton.
F.7 Ketika pembacaan puisi itu selesai, berhentilah beberapa saat, melepaskan nafas, lalu menghormati penonton dan kepada para hakim.
F.8 Biasakanlah dengan sikap yang tenang dan wajar ketika meninggalkan pentas dan tidak usah tergesa-gesa.
10. HARAPAN DAN ANJURAN
Sesuai dengan pembangunan yang berencana di bidang pendidikan dan pengajaran, maka pelajaran deklamasi itu mendapat tempat dan sambutan yang baik di kalangan murid-murid sekolah dan orang awam, guru-guru dan masyarakat Malaysia. Sebab pelajaran deklamasi amat penting sekali dan tentu saja diharapkan sangat deklamasi terus mendapat perhatian yang besar.
Murid sekolah sangat-sangat memerlukan bimbingan dan petunjuk dari guru yang berkebolehan, apa lagi dengan adanya acara hari kemerdekaan, hari guru, hari ibu dan sebagainya dan dengan bantuan dari mereka yang berkebolehan, maka sudah tentu bidang deklamasi ini akan lebih hebat lagi dan sekaligus akan dapat membentuk manusia Malaysia yang baik, berjiwa besar dan punya semangat yang kuat untuk mempertahankan maruah bangsa sejagat.
puisi :)
teknik membaca puisi
1. INTRODUKSI
Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastera yang berbentuk puisi dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang seirama dengan isi bacaan.
Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi. Maksudnya di sini bahawa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud deklamasi.
2. MAKNA KATA DEKLAMASI
Sudah jelas deklamasi itu berasal dari bahasa asing, jadi maknanya ia bukan kata asli Malaysia atau Indonesia. Ia sudah lama digunakan hingga menjadi bahasa Malaysia. Memang keadaan semacam ini sering berlaku di Malaysia, misalnya kata neraka, izin, zaman, ajal, karam dan lain-lain berasal dari bahasa Arab, sedang tauco, tauge berasal dari bahasa Tionghua. Manakala dastar, kenduri, kelasi berasal dari bahasa Persi. Lampu, mesin, koki, repot dari bahasa Belanda, manakala pensil, botol berasal dari bahasa Inggeris dan demikianlah halnya deklamasi berasal dari bahasa Latin.
Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950 dan di Malaysia hanya terkenal sejak kebelakangan ini, tetapi sebelum itu disebut baca puisi dan adapun orang mulai mendeklamasi puisi sudah sejak berpuluh tahun yang lalu, baik di Malaysia ataupun di luar negeri. Deklamasi ertinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut "Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris" untuk perempuan.
Apa bezanya deklamasi dan nyanyi? Menyanyi ialah melagukan suatu nyanyian dengan menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedang deklamasi ialah membawakan pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan menggunakan irama dan gaya yang baik. Disamping itu kita mengenal pula: menari, melukis, memahat, sandiwara dan lain-lain. Semuanya itu mempunyai cara-cara dan aturannya sendiri-sendiri.
3. BAHAN YANG DIDEKLAMASIKAN
Tentu saja tidak semua pantun, sajak atau puisi dapat dideklamasikan, malah cerpen dan novel juga boleh dideklamasikan/soalnya kita harus memilih mana sajak, puisi, pantun-pantun yang baik dan menarik untuk dideklamasikan.
Kala kita menyanyi biasanya memilih lagu-lagu yang dapat kita nyanyikan, seperti "Bintang Kecil" atau lagu-lagu yang rentaknya keroncong dan lain-lain, pokoknya semua lagu yang telah kita nyanyikan. Bagaimana kita akan menyanyi, kalau kita tidak dapat menyanyikan sesuatu lagu?
Demikian pula halnya dengan deklamasi. Hanya saja kalau menyanyi itu harus mempelajari not-notnya dahulu, sedang pada deklamasi harus dipelajari tanda-tanda atau aturan-aturannya dahulu. Seperti telah kita terangkan di atas, yang dideklamasikan itu hanya yang berupa pantun, syair, sajak atau puisi dalam bahasa Malaysia, tetapi sejak dulu orang pernah juga mendeklamasikan puisi dalam bahasa daerah seperti bahasa Bajau, Kadazan, Murut, Brunei, Iban atau Dusun dan di sini hanya diperkatakan dan dipelajari deklamasi dalam bahasa Malaysia saja.
4. CARA BERDEKLAMASI
Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair dan sajak atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan sahaja? Tentu tidak! Berdeklamasi, selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-syarat itu? Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan. Terserah kepada keinginan masing-masing.
Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun atau syair yang memiliki isi yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai hal isi tentunya dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan daripada mereka yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi.
Kalau kita sudah memilih sebuah puisi misalnya, tentu saja boleh lebih dari sebuah. Hal ini sering terjadi dalam sayembara yang dikira harus terdiri puisi wajib dan puisi pilihan. Nah, sesudah itu, lalu apa lagi yang harus kita perbuat? Maka tidak boleh tidak harus mentafsirnya terlebih dahulu.
5. MENAFSIR PUISI
Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian, kesedihan, kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang kita pilih itu mengandung kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka kitapun harus mendeklamasikan puisi tersebut dengan perasaan dan laku perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang yang gagah berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana kehebatan dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mngucapkan kata-kata yang seram dan menakutkan.
Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu kita berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan memilukan, bahkan harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang mendengar dan melihat kita sedih, ketika dideklamasikan menjadi sebuah puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya. Tentu saja hal-hal seperti itu harus dijaga benar-benar. Kerana itu, harus berhati-hati, teliti, tenang dan sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.
Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar dan tanda-tanda baca yang kurang jelas harus difahami benar-benar, Jika sudah dimengerti dan diselami isi puisi itu, barulah kita meningkat ke soal yang lebih lanjut.
6. MEMPELAJARI ISI UNTUK MENDEKLAMASI PUISI
Cara mengucapkan puisi itu tak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk kepada aturan-aturannya: di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri:
------- Diucapkan biasa saja
/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris
// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan
ertinya dengan baris berikutnya
/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabis
san puisi
^ Suara perlahan sekali seperti berbisik
^^ Suara perlahan sahaja
^^^ Suara keras sekali seperti berteriak
V Tekanan kata pendek sekali
VV Tekanan kata agak pendek
VVV Tekan kata agak panjang
VVVV Tekan kata agak panjang sekali
____/ Tekanan suara meninggi
____ Tekanan suara agak merendah
\
Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri. Dari sinilah kita dapat menilai: siapa orang yang mahir dan pandai berdeklamasi.
Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik dan dalam meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai perasaan dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada koma, ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.
Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi tersebut berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan sendirinya kalau kita sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama kita berdeklamasi.
7. PUISI HARUS DIHAFAL
Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada juga orang berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak kecuali jika untuk siaran pembacaan puisi di radio atau rakaman. Tetapi deklamasi itu selalu saja didengar dan ditonton orang. Mana mungkin para penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi kalau muka kita tertunduk melulu terus menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu saja membosankan bukan?
Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang mahu dideklamasi itu. Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa mempergunakan teks, sebab jika tidak demikian di saat kita telah naik pentas, kata-kata dalam puisi itu tak teringat atau terputus-putus.
Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang sudah cukup menarik di atas panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia lupa pada kalimat-kalimat dalam puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau bersuara tak tentu apa yang harus diucapkan. Mau mengingat-ingat secara khusuk terlalu lama. Menyaksikan keadaan demikian itu sudah tentu para penonton akan kecewa. Bagi sideklamator sendiri akan mendapat malu. Oleh kerana itu dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa lancar sekali. Setelah dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar kepala, barulah berlatih mempergunakan mimik atau "action"
Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris dan kemudian serangkap demi serangkap disamping berusaha untuk mengerti setiap kata/ayat yang dicatatkan kerana hal itu menjadi jelasnya maksud dan tujuan isi puisi itu.
8. DEKLAMASI BUKAN UCAPAN SEMATA
Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak muka, kalau perlu dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh, tetapi yang paling penting sekali ialah gerak-gerak muka. Dengan ucapan-ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan gerak geri muka nescaya akan bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak geri muka itu penonton dapat merasakan dan menyaksikan mengertikan puisi yang dideklamasikan itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan, kegembiraan dan lain-lain.
Hanya saja dalam melakukan gerak geri itu jangan sampai berlebih-lebihan seperti wayang orang yang bergerak ke sana ke mari, sehingga mengelikan sekali. Berdeklamasi secara wajar, tertib dan mengesankan.
9. CARA MENGHAKIMI
Untuk mudahnya bagi seorang deklamator/deklamatris melengkapi dirinya dalam mempersiapkan kesempurnaan berdeklamasi, maka seorang calon harus mengetahui pula hal-hal yang menjadi penilaian hakim dalam suatu sayembara deklamasi. Yang menjadi penilaian hakim terhadap pembawa puisi atau deklamator meliputi bidang-bidang seperti berikut:
A. PENAMPILAN/PERFORMANCE
Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah diperhatikan lebih dahulu hal pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai pakaian, keserasian warna dan sebagainya akan menambahkan angka bagi si pembawa puisi. Tentu saja penilaian pakaian ini bukan terletak pada segi mewah tidaknya pakaian itu, tetapi dalam hal kepantasan serta keserasiannya. Kerana itu, perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum tampil di atas pentas. Hindarikan diri dari kecerobohan serta ketidakrapian berdandan.
B. INTONASI/TEKANAN KATA DEMI KATA
Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara memberikan tekanannya. Ini bergantung kepada kesanggupan dipembawa puisi menafsirkan tiap-tiap kata dalam hubungannya dengan kata lainnya. Sehingga ia menimbulkan suatu pengungkapan isi kalimat yang tepat. Kesanggupan sipembawa puisi memberikan tekanan-tekanan yang sesuai pada tiap kata yang menciptakan lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan memudahkan mencapai angka tertinggi dalam segi intonasi.
C. EKSPRESI/KESAN WAJAH
Kemampuan sipembawa puisi dalam menemukan erti dan tafsiran yang tepat dari kata demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi bait puisi akan terlihat pada kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya seorang pembawa puisi tidak menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam sebuah bait, sehingga antara kalimat yang diucapkan dan airmuka yang diperlihatkan tampak saling bertentangan.
Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar wajah si pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada sedih haruslah digambarkan oleh sipembawa puisi itu melalui airmukanya yang sedih dan bermuram durja.
D. APRESIASI/PENGERTIAN PUISI
Seorang pembawa puisi akan dinilai mempunyai pengertian terhadap sesuatu puisi, manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada tiap baris puisi disertai kesan yang terlihat pada airmukanya. Jika tidak berhasil, dikatakannya sipembawa puisi itu belum mempunyai apresiasi atau apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam istilah umumnya apresiasi diterjemah lebih jauh lagi sebagai penghayatan.
Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan isi puisi yang mahu dideklamasikan dan tanpa menghayatinya, maka sudah tentu persembahannya bakal hambar, lesu dan tak bertenaga.
E. MIMIK/ACTION
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.
Terjadinya kontradiksi antara apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan tertawaan penonton, Hal ini harus dipelajari sebaik-baiknya oleh sipembawa puisi. Tanpa hal itu, ia tak mungkin bisa mndapatkan angka terbaik dalam pembawaan puisi.
Sebagi contoh: ketika dipembawa sajak menyebut "dilangit tinggi ada bulan" tetapi mimik kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini akan menimbulkan bahan tertawaan bagi penonton, mana mungkin ada bulan di bumi, tentu hal itu tidak mungkin sama sekali. Betapapun bulan selalu ada di langit. Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa sajak menguasai apresiasi puisi, sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan keadaan isi dan jiwa puisi itu.
1. INTRODUKSI
Deklamasi berasal dari bahasa Latin yang maksudnya declamare atau declaim yang membawa makna membaca sesuatu hasil sastera yang berbentuk puisi dengan lagu atau gerak tubuh sebagai alat bantu. Gerak yang dimaksudkan ialah gerak alat bantu yang puitis, yang seirama dengan isi bacaan.
Umumnya memang deklamasi berkait rapat dengan puisi, akan tetapi membaca sebuah cerpen dengan lagu atau gerak tubuh juga bisa dikatakan mendeklamasi. Mendeklamasikan puisi atau cerpen bermakna membaca, tetapi membaca tidak sama dengan maksud mendeklamasi. Maksudnya di sini bahawa apapun pengertian membaca tentunya jauh berbeda dengan maksud deklamasi.
2. MAKNA KATA DEKLAMASI
Sudah jelas deklamasi itu berasal dari bahasa asing, jadi maknanya ia bukan kata asli Malaysia atau Indonesia. Ia sudah lama digunakan hingga menjadi bahasa Malaysia. Memang keadaan semacam ini sering berlaku di Malaysia, misalnya kata neraka, izin, zaman, ajal, karam dan lain-lain berasal dari bahasa Arab, sedang tauco, tauge berasal dari bahasa Tionghua. Manakala dastar, kenduri, kelasi berasal dari bahasa Persi. Lampu, mesin, koki, repot dari bahasa Belanda, manakala pensil, botol berasal dari bahasa Inggeris dan demikianlah halnya deklamasi berasal dari bahasa Latin.
Di Indonesia perkataan deklamasi sudah ada lewat tahun 1950 dan di Malaysia hanya terkenal sejak kebelakangan ini, tetapi sebelum itu disebut baca puisi dan adapun orang mulai mendeklamasi puisi sudah sejak berpuluh tahun yang lalu, baik di Malaysia ataupun di luar negeri. Deklamasi ertinya membawa puisi-puisi, sedang orang yang melakukan deklamasi itu disebut "Deklamator" untuk lelaki dan "Deklamatris" untuk perempuan.
Apa bezanya deklamasi dan nyanyi? Menyanyi ialah melagukan suatu nyanyian dengan menggunakan not-not do-re-mi atau not balok, sedang deklamasi ialah membawakan pantun-pantun, syair, puisi atau sajak dengan menggunakan irama dan gaya yang baik. Disamping itu kita mengenal pula: menari, melukis, memahat, sandiwara dan lain-lain. Semuanya itu mempunyai cara-cara dan aturannya sendiri-sendiri.
3. BAHAN YANG DIDEKLAMASIKAN
Tentu saja tidak semua pantun, sajak atau puisi dapat dideklamasikan, malah cerpen dan novel juga boleh dideklamasikan/soalnya kita harus memilih mana sajak, puisi, pantun-pantun yang baik dan menarik untuk dideklamasikan.
Kala kita menyanyi biasanya memilih lagu-lagu yang dapat kita nyanyikan, seperti "Bintang Kecil" atau lagu-lagu yang rentaknya keroncong dan lain-lain, pokoknya semua lagu yang telah kita nyanyikan. Bagaimana kita akan menyanyi, kalau kita tidak dapat menyanyikan sesuatu lagu?
Demikian pula halnya dengan deklamasi. Hanya saja kalau menyanyi itu harus mempelajari not-notnya dahulu, sedang pada deklamasi harus dipelajari tanda-tanda atau aturan-aturannya dahulu. Seperti telah kita terangkan di atas, yang dideklamasikan itu hanya yang berupa pantun, syair, sajak atau puisi dalam bahasa Malaysia, tetapi sejak dulu orang pernah juga mendeklamasikan puisi dalam bahasa daerah seperti bahasa Bajau, Kadazan, Murut, Brunei, Iban atau Dusun dan di sini hanya diperkatakan dan dipelajari deklamasi dalam bahasa Malaysia saja.
4. CARA BERDEKLAMASI
Seperti telah dijelaskan bahawa berdeklamasi itu membawakan pantun, syair dan sajak atau puisi. Kemudian apakah cukup hanya asal membawakan sahaja? Tentu tidak! Berdeklamasi, selain kita mengucapkan sesuatu, haruslah pula memenuhi syarat-syarat lainnya. Apakah syarat-syarat itu? Sebelum kita berdeklamasi, kita harus memilih dulu pantun, syair, sajak apa, yang rasanya baik untuk dideklamasikan. Terserah kepada keinginan masing-masing.
Yang penting pilihlah sajak atau puisi, pantun atau syair yang memiliki isi yang baik dan bentuk yang indah dideklamasikan. Mengenai hal isi tentunya dapat minta nasihat, petunjuk dan bimbingan daripada mereka yang lebih berpengalaman dan berpengetahuan atau ahli dalam bidang deklamasi.
Kalau kita sudah memilih sebuah puisi misalnya, tentu saja boleh lebih dari sebuah. Hal ini sering terjadi dalam sayembara yang dikira harus terdiri puisi wajib dan puisi pilihan. Nah, sesudah itu, lalu apa lagi yang harus kita perbuat? Maka tidak boleh tidak harus mentafsirnya terlebih dahulu.
5. MENAFSIR PUISI
Apakah puisi yang kita pilih itu berunsur kepahlawanan, keberanian, kesedihan, kemarahan, kesenangan, pujian dan lain-lain? Kalau puisi yang kita pilih itu mengandung kepahlawanan, keberanian dan kegagahan, maka kitapun harus mendeklamasikan puisi tersebut dengan perasaan dan laku perbuatan, yang menunjukkan seorang pahlawan, seorang yang gagah berani. Kita harus dapat melukiskan kepada orang lain, bagaimana kehebatan dan kegagahan kapal udara itu. Bagaimana harus mngucapkan kata-kata yang seram dan menakutkan.
Sebaliknya kalau saja puisi yang kita pilih itu mengadung kesedihan, sewaktu kita berdeklamasi haruslah betul-betul dalam suasana yang sedih dan memilukan, bahkan harus bisa membuat orang menangis bagi orang yang mendengar dan melihat kita sedih, ketika dideklamasikan menjadi sebuah puisi yang gembira, bersukaria atau sebaliknya. Tentu saja hal-hal seperti itu harus dijaga benar-benar. Kerana itu, harus berhati-hati, teliti, tenang dan sungguh-sungguh dalam menafsir sebuah puisi.
Bacalah seluruh puisi itu berulang-ulang sampai kita mengerti betul apa-apa yang dikandung dan dimaksud oleh puisi tersebut. Juga kata-kata yang sukar dan tanda-tanda baca yang kurang jelas harus difahami benar-benar, Jika sudah dimengerti dan diselami isi puisi itu, barulah kita meningkat ke soal yang lebih lanjut.
6. MEMPELAJARI ISI UNTUK MENDEKLAMASI PUISI
Cara mengucapkan puisi itu tak boleh seenaknya saja, tapi harus tunduk kepada aturan-aturannya: di mana harus ditekankan atau dipercepatkan, di mana harus dikeraskan, harus berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, di mana harus diucapkan biasa dan sebagainya. Jadi, bila kita mendeklamasikan puisi itu harus supaya menarik, maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri:
------- Diucapkan biasa saja
/ Berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di tengah baris
// Berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih berhubungan
ertinya dengan baris berikutnya
/// Berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada penghabis
san puisi
^ Suara perlahan sekali seperti berbisik
^^ Suara perlahan sahaja
^^^ Suara keras sekali seperti berteriak
V Tekanan kata pendek sekali
VV Tekanan kata agak pendek
VVV Tekan kata agak panjang
VVVV Tekan kata agak panjang sekali
____/ Tekanan suara meninggi
____ Tekanan suara agak merendah
\
Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda tergantung kepada kemahuannya sendiri-sendiri. Dari sinilah kita dapat menilai: siapa orang yang mahir dan pandai berdeklamasi.
Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik dan dalam meletakkannya jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai perasaan dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita membaca berita: ada koma, ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.
Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi tersebut berulang-ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan sendirinya kalau kita sudah lancar benar, tekanan-tekanan, irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama kita berdeklamasi.
7. PUISI HARUS DIHAFAL
Mendeklamasi itu ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada juga orang berdeklamasi puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak kecuali jika untuk siaran pembacaan puisi di radio atau rakaman. Tetapi deklamasi itu selalu saja didengar dan ditonton orang. Mana mungkin para penonton akan senang, melihat kita berdeklamasi kalau muka kita tertunduk melulu terus menerus kala mendeklamasikan puisi itu. Tentu saja membosankan bukan?
Makanya sebaik mungkin deklamator harus menghafal puisi yang mahu dideklamasi itu. Caranya ulangilah puisi itu berkali-kali tanpa mempergunakan teks, sebab jika tidak demikian di saat kita telah naik pentas, kata-kata dalam puisi itu tak teringat atau terputus-putus.
Betapa lucunya seorang deklamator, ketika dengan gaya yang sudah cukup menarik di atas panggung, di muka penonton yang ramai, tiba-tiba ia lupa pada kalimat-kalimat dalam puisi. Ia seperti terhenti, terpukau, mau bersuara tak tentu apa yang harus diucapkan. Mau mengingat-ingat secara khusuk terlalu lama. Menyaksikan keadaan demikian itu sudah tentu para penonton akan kecewa. Bagi sideklamator sendiri akan mendapat malu. Oleh kerana itu dihafalkanlah puisi itu sebaik-baiknya sampai terasa lancar sekali. Setelah dirasakan yakin, bahawa sebuah puisi telah sanggup dibaca di luar kepala, barulah berlatih mempergunakan mimik atau "action"
Cara menghafal tentu saja dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris dan kemudian serangkap demi serangkap disamping berusaha untuk mengerti setiap kata/ayat yang dicatatkan kerana hal itu menjadi jelasnya maksud dan tujuan isi puisi itu.
8. DEKLAMASI BUKAN UCAPAN SEMATA
Deklamasi bukan ucapan semata. Deklamasi harus disertai gerak-gerak muka, kalau perlu dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh, tetapi yang paling penting sekali ialah gerak-gerak muka. Dengan ucapan-ucapan yang baik dan teratur, diserta dengan gerak geri muka nescaya akan bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak geri muka itu penonton dapat merasakan dan menyaksikan mengertikan puisi yang dideklamasikan itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan, kegembiraan dan lain-lain.
Hanya saja dalam melakukan gerak geri itu jangan sampai berlebih-lebihan seperti wayang orang yang bergerak ke sana ke mari, sehingga mengelikan sekali. Berdeklamasi secara wajar, tertib dan mengesankan.
9. CARA MENGHAKIMI
Untuk mudahnya bagi seorang deklamator/deklamatris melengkapi dirinya dalam mempersiapkan kesempurnaan berdeklamasi, maka seorang calon harus mengetahui pula hal-hal yang menjadi penilaian hakim dalam suatu sayembara deklamasi. Yang menjadi penilaian hakim terhadap pembawa puisi atau deklamator meliputi bidang-bidang seperti berikut:
A. PENAMPILAN/PERFORMANCE
Sewaktu pembawa puisi itu muncul di atas pentas, haruslah diperhatikan lebih dahulu hal pakaian yang dikenakannya. Kerapian memakai pakaian, keserasian warna dan sebagainya akan menambahkan angka bagi si pembawa puisi. Tentu saja penilaian pakaian ini bukan terletak pada segi mewah tidaknya pakaian itu, tetapi dalam hal kepantasan serta keserasiannya. Kerana itu, perhatikanlah pakaian lebih dahulu sebelum tampil di atas pentas. Hindarikan diri dari kecerobohan serta ketidakrapian berdandan.
B. INTONASI/TEKANAN KATA DEMI KATA
Baris demi baris dalam puisi, sudah tentu tidak sama cara memberikan tekanannya. Ini bergantung kepada kesanggupan dipembawa puisi menafsirkan tiap-tiap kata dalam hubungannya dengan kata lainnya. Sehingga ia menimbulkan suatu pengungkapan isi kalimat yang tepat. Kesanggupan sipembawa puisi memberikan tekanan-tekanan yang sesuai pada tiap kata yang menciptakan lagi kalimat pada baris-baris puisi, akan memudahkan mencapai angka tertinggi dalam segi intonasi.
C. EKSPRESI/KESAN WAJAH
Kemampuan sipembawa puisi dalam menemukan erti dan tafsiran yang tepat dari kata demi kata pada tiap baris kemudian pada kelompok bait demi bait puisi akan terlihat pada kesan air muka atau wajahnya sendiri. Ada kalanya seorang pembawa puisi tidak menghayati isi dan jiwa tiap baris puisi dalam sebuah bait, sehingga antara kalimat yang diucapkan dan airmuka yang diperlihatkan tampak saling bertentangan.
Jadi, penghayatan itu sangat penting dan ia harus dipancarkan pada sinar wajah si pembawa puisi. Misalnya sebuah bait dalam puisi yang bernada sedih haruslah digambarkan oleh sipembawa puisi itu melalui airmukanya yang sedih dan bermuram durja.
D. APRESIASI/PENGERTIAN PUISI
Seorang pembawa puisi akan dinilai mempunyai pengertian terhadap sesuatu puisi, manakala ia sanggup mengucapkan kata demi kata pada tiap baris puisi disertai kesan yang terlihat pada airmukanya. Jika tidak berhasil, dikatakannya sipembawa puisi itu belum mempunyai apresiasi atau apresiasinya terhadap puisi itu agak kurang. Dalam istilah umumnya apresiasi diterjemah lebih jauh lagi sebagai penghayatan.
Seorang pendeklamator yang baik/ia harus menghayati makna dan isi puisi yang mahu dideklamasikan dan tanpa menghayatinya, maka sudah tentu persembahannya bakal hambar, lesu dan tak bertenaga.
E. MIMIK/ACTION
Mimik atau action dalam sebuah deklamasi puisi sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan suasana pembacaan puisi. Seorang pembawa puisi yang berhasil ia akan mengemukan sesuatu action atau mimik itu sesuai dengan perkembangan kata demi kata dalam tiap baris dan tidak bertentangan dengan jiwa dan isi kata-kata kalimat dalam puisi.
Terjadinya kontradiksi antara apresiasi dan action menimbulkan kesan yang mungkin bisa menjadi bahan tertawaan penonton, Hal ini harus dipelajari sebaik-baiknya oleh sipembawa puisi. Tanpa hal itu, ia tak mungkin bisa mndapatkan angka terbaik dalam pembawaan puisi.
Sebagi contoh: ketika dipembawa sajak menyebut "dilangit tinggi ada bulan" tetapi mimik kedua belah tangan menjurus ke bumi, Hal ini akan menimbulkan bahan tertawaan bagi penonton, mana mungkin ada bulan di bumi, tentu hal itu tidak mungkin sama sekali. Betapapun bulan selalu ada di langit. Inilah yang dimaksud betapa pentingnya pembawa sajak menguasai apresiasi puisi, sehingga dapat menciptakan mimik yang sesuai dengan keadaan isi dan jiwa puisi itu.
Selama ini bagi yang suka membaca novel, pernah terlintaskah dalam benak Anda untuk berkarya menghasilkan novel sendiri? Seringkali hasrat untuk menulis buku dengan ratusan halaman terasa begitu mengerikan dan sangat tidak mungkin untuk dilakukan. Tapi sebenarnya itu hanyalah kekhawatiran yang kita ciptakan sendiri, karena sesungguhnya dengan berbekal perencanaan yang jelas, penelitian yang baik dan tetap teguh pada tujuan yang Anda ingin capai, peluang untuk membuat novel yang utuh amatlah besar!
Barangkali penelitian awal paling penting yang bisa dilakukan adalah membaca. Dengan menyimak berbagai macam novel dapat membantu penulis baru memahami keterbatasan yang ada, gaya menulis serta struktur dari genre novel itu sendiri. Harus diingat bahwa menulis novel tidaklah berarti menjiplak gaya seorang novelis terkenal, tetapi dengan banyak membaca berbagai novel Anda dapat menarik esensi si penulis akan apa yang disukai atau tak disukainya dari sisi gaya penulisannya, karakter-karakter apa yang menarik, bahkan genre apa yang hendak disajikan. Membaca bisa mendidik diri kita sendiri guna melangkah ke penulisan novel yang sebenarnya dan banyak pakar yang percaya hal itu harus diasah terus-menerus setiap hari.
Istimewa
Membuat garis besar cerita adalah satu dari banyak cara yang baik untuk memastikan bahwa penulisan novel bukan hanya semacam latihan saja, tapi benar-benar akan menghasilkan novel yang paripurna. Garis besar cerita ibaratnya adalah cetak biru dari sebuah novel, adapun isi cerita, karakter-karakter yang disuguhkan dan tema-tema yang dimunculkan semua dapat dituangkan dan kemudian dibaca ulang sebelum tiba saatnya penulisan novel yang sesungguhnya. Banyak penulis yang membuat garis besar cerita bertahap di mana bagian-bagian penting dari cerita dibuat pula dalam daftar. Garis besar cerita yang bertahap itu akan membantu sang penulis merasakan bahkan mungkin menjiwai bagian-bagian cerita yang ada dan jika diperlukan melakukan pengembangan atas bagian yang terasa masih lemah atau karakter yang belum menonjol.
Beberapa penulis mampu membuat garis besar cerita dalam waktu sehari, tapi banyak juga yang butuh waktu berminggu-minggu. Garis besar cerita ini memang langkah penting dalam penulisan novel, tapi hal ini tak seharusnya memicu si penulis untuk kemudian membuat novel yang terlalu panjang. Penjadwalan kapan waktu terbaik untuk menulis adalah hal yang sangat pribadi, dan sepantasnya tidak dipelajari tapi dialami sendiri. Beberapa orang bisa bekerja dengan baik saat malam hari, atau ada yang merasa nyaman menulis saat pagi hari ketika anak-anaknya masih tertidur lelap. Memang banyak yang menyarankan agar menulis setiap hari, tapi banyak juga mereka yang mengonsumsi kafein agar dapat produktif beberapa hari tapi setelah itu 'tumbang' beberapa minggu bahkan beberapa bulan, sehingga novelnya menjadi terbengkalai. Mengalami sendiri jadwal menulis yang terbaik bagi diri sendiri jelas bisa membantu kita tetap kreatif dan memudahkan kelancaran pembuatan novel itu sendiri.
Istimewa
Penulisan itu sendiri merupakan proses yang juga penting guna memastikan ejaan, gramatika dan struktur cerita. Buang jauh-jauh pikiran bahwa hal-hal ini akan diperbaiki oleh editor, karena bagaimanapun buku sudah harus segera diterbitkan. Menuntaskan draft novel yang pertama dengan sekitar dua ribu kesalahan hanya akan membuat proses revisi yang berkepanjangan dan bukan tak mungkin si penulis akan kehilangan motivasinya. Pengecekan ejaan, gramatika dan struktur cerita haruslah dilakukan usai tiap sesi menulis rampung. Dengan demikian Anda bekerja secara efektif serta menghemat waktu.
Penulisan novel dijamin bukanlah sebuah pekerjaan yang harus dilakukan sendiri. Tidaklah aneh untuk meminta bantuan atau masukan dari sahabat yang bisa dipercaya atau mentor Anda atas apa yang sudah dikerjakan. Dengan adanya beberapa orang yang membantu, si penulis bisa mendapatkan ide yang segar dan juga perkspektif baru. Harap diingat sahabat Anda hanya ingin menyampaikan opininya, bukan mengambil alih penulisannya.
Barangkali penelitian awal paling penting yang bisa dilakukan adalah membaca. Dengan menyimak berbagai macam novel dapat membantu penulis baru memahami keterbatasan yang ada, gaya menulis serta struktur dari genre novel itu sendiri. Harus diingat bahwa menulis novel tidaklah berarti menjiplak gaya seorang novelis terkenal, tetapi dengan banyak membaca berbagai novel Anda dapat menarik esensi si penulis akan apa yang disukai atau tak disukainya dari sisi gaya penulisannya, karakter-karakter apa yang menarik, bahkan genre apa yang hendak disajikan. Membaca bisa mendidik diri kita sendiri guna melangkah ke penulisan novel yang sebenarnya dan banyak pakar yang percaya hal itu harus diasah terus-menerus setiap hari.
Istimewa
Membuat garis besar cerita adalah satu dari banyak cara yang baik untuk memastikan bahwa penulisan novel bukan hanya semacam latihan saja, tapi benar-benar akan menghasilkan novel yang paripurna. Garis besar cerita ibaratnya adalah cetak biru dari sebuah novel, adapun isi cerita, karakter-karakter yang disuguhkan dan tema-tema yang dimunculkan semua dapat dituangkan dan kemudian dibaca ulang sebelum tiba saatnya penulisan novel yang sesungguhnya. Banyak penulis yang membuat garis besar cerita bertahap di mana bagian-bagian penting dari cerita dibuat pula dalam daftar. Garis besar cerita yang bertahap itu akan membantu sang penulis merasakan bahkan mungkin menjiwai bagian-bagian cerita yang ada dan jika diperlukan melakukan pengembangan atas bagian yang terasa masih lemah atau karakter yang belum menonjol.
Beberapa penulis mampu membuat garis besar cerita dalam waktu sehari, tapi banyak juga yang butuh waktu berminggu-minggu. Garis besar cerita ini memang langkah penting dalam penulisan novel, tapi hal ini tak seharusnya memicu si penulis untuk kemudian membuat novel yang terlalu panjang. Penjadwalan kapan waktu terbaik untuk menulis adalah hal yang sangat pribadi, dan sepantasnya tidak dipelajari tapi dialami sendiri. Beberapa orang bisa bekerja dengan baik saat malam hari, atau ada yang merasa nyaman menulis saat pagi hari ketika anak-anaknya masih tertidur lelap. Memang banyak yang menyarankan agar menulis setiap hari, tapi banyak juga mereka yang mengonsumsi kafein agar dapat produktif beberapa hari tapi setelah itu 'tumbang' beberapa minggu bahkan beberapa bulan, sehingga novelnya menjadi terbengkalai. Mengalami sendiri jadwal menulis yang terbaik bagi diri sendiri jelas bisa membantu kita tetap kreatif dan memudahkan kelancaran pembuatan novel itu sendiri.
Istimewa
Penulisan itu sendiri merupakan proses yang juga penting guna memastikan ejaan, gramatika dan struktur cerita. Buang jauh-jauh pikiran bahwa hal-hal ini akan diperbaiki oleh editor, karena bagaimanapun buku sudah harus segera diterbitkan. Menuntaskan draft novel yang pertama dengan sekitar dua ribu kesalahan hanya akan membuat proses revisi yang berkepanjangan dan bukan tak mungkin si penulis akan kehilangan motivasinya. Pengecekan ejaan, gramatika dan struktur cerita haruslah dilakukan usai tiap sesi menulis rampung. Dengan demikian Anda bekerja secara efektif serta menghemat waktu.
Penulisan novel dijamin bukanlah sebuah pekerjaan yang harus dilakukan sendiri. Tidaklah aneh untuk meminta bantuan atau masukan dari sahabat yang bisa dipercaya atau mentor Anda atas apa yang sudah dikerjakan. Dengan adanya beberapa orang yang membantu, si penulis bisa mendapatkan ide yang segar dan juga perkspektif baru. Harap diingat sahabat Anda hanya ingin menyampaikan opininya, bukan mengambil alih penulisannya.
Langganan:
Postingan (Atom)